ADSORPSI ASAM LEMAK BEBAS (ALB) PADA MINYAK GORENG BEKAS MENGGUNAKAN MAGNESIUM SILIKAT DARI ABU SEKAM PADI

Abstrak

Sekam padi merupakan limbah pertanian yang jumlahnya relatif besar, serta masih kurang pemanfaatannya. Dalam kenyataannya sekarang, sekam padi hanya sering digunakan sebagai pupuk, campuran semen, makanan ternak, bahkan tidak sedikit yang dibuang dan dibakar begitu saja. Dari proses pembakaran inilah akan dihasilkan abu sekam padi yang mengandung sekitar 94-96% silika dimana senyawa ini berpotensi sebagai adsorben. Dalam penelitian ini, akan dilakukan adsorpsi asam lemak bebas (ALB) pada minyak goreng bekas dengan menggunakan magnesium silikat yang dimodifikasi dari abu sekam padi. Hal ini dilakukan untuk melihat kemampuan magnesium silikat sebagai adsorben untuk menurunkan kadar ALB pada minyak goreng bekas tersebut. Magnesium silikat diperoleh dari proses pengabuan sekam padi, aktivasi menggunakan NaOH, dan mereaksikan natrium silikat hasil aktivasi dengan magnesium sulfat hidrat. Minyak goreng bekas yang digunakan sebagai adsorbat adalah minyak goreng kemasan yang sudah digunakan untuk menggoreng sebanyak 4x penggorengan. Proses adsorpsi ini dilakukan pada variasi waktu kontak 10, 20, 30, 40, 50, dan 60 menit untuk mencari waktu kontak yang optimum. Dilanjutkan dengan variasi konsentrasi adsorbat (%b/v) yaitu 3,33%, 6,67%, 13%, 20% dan 26,67% untuk mencari konsentrasi adsorbat yang optimum. Magnesium silikat hasil modifikasi terbukti lebih efektif mengadsorpsi ALB pada minyak goreng bekas dibandingkan dengan abu sekam padi. Hal ini diperkuat melalui hasil GSA (Gas Sorption Analyzer) dimana luas permukaan spesifik magnesium silikat sebesar 174,022 m2/g sedangkan abu sekam padi sebesar 47,852 m2/g. Magnesium silikat pada waktu kontak optimum 30 menit, % penurunan ALBnya 89,8512% sedangkan abu sekam padi 78,9484%. Konsentrasi adsorbat optimum 13%, magnesium silikat mampu menurunkan ALB sebesar 82,5826% sedangkan abu sekam padi 71,6026%.

Kata kunci : silika, magnesium silikat, abu sekam padi, asam lemak bebas, isoterm adsorpsi.

Pembuatan Serta Pengaruh Titik Leleh dan Viskositas pada Kopolimer

Abstract

Poliester, polimer sintetik yang dalam rantai utamanya terdapat gugus ester (-COOR) yang mudah terhidrolisis sehingga dapat terbiodegradasi. Dimana, biodegradasi merupakan pemecahan cemaran organik oleh aktivitas mikroba yang melibatkan serangkaian reaksi enzimatik. Biodegradasi yang lengkap disebut juga sebagai mineralisasi, dengan produk akhirnya berupa karbondioksida dan air. Studi mengenai biodegradasi polimer sintetik menjadi kajian yang sangat penting. Uji biodegradasi menghasilkan peningkatan kehilangan berat poliester dengan meningkatnya waktu inkubasi. Setelah uji biodegradasi berat molekul poliester menurun dan permukaannya berubah.

Studi Kelarutan Astemizol (2): Perhitungan Rasio Saturasi Dan Penentuan Parameter Termodinamika Pada Proses Solubilisasi Miselar Menggunakan Tween 80


Abstract

Senyawa alkaloid berperan penting dalam kehidupan manusia. Sejarah alkaloid hampir setua peradaban manusia. Manusia telah menggunakan obat-obatan yang mengandung alkaloid dalam minuman, kedokteran, teh, tapal dan racun. Obat-obatan pertama yang ditemukan secara kimia adalah opium, getah kering opium Papaver sammiferum

Opium telah digunakan sebagai obat-obatan selama berabad-abad dan sifatnya sebagai analgesik maupun narkotik telah diketahui. Dalam dunia medis dan kimia organik, istilah alkaloid telah lama menjadi bagian penting dan tak terpisahkan dalam penelitian yang telah dilakukan selama ini, baik untuk mencari senyawa alkaloid baru ataupun untuk penelusuran bioaktifitas. Senyawa alkaloid merupakan senyawa organik terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Secara organoleptik, daun-daunan yang berasa sepat dan pahit, biasanya teridentifikasi mengandung alkaloid. Selain daun-daunan, senyawa alkaloid dapat ditemukan pada akar, biji, ranting, dan kulit kayu.

Kitosan

Abstract

Kitosan mempunyai potensi yang dapat digunakan baik pada berbagai jenis industri maupuil pada bidang kesehatan, sehingga kualitasnya bergantung Facia keperluannya. Sebagai contoh, untuk penjernihan air diperlukan mutu kitin dan kitosan yang tinggi sedangkan untuk penggunaan di bidang kesehatan diperlukan kemurnian yang tinggi.

Dalam industri pangan, kitin dan kitosan bermanfaat sebagai pengawet dan penstabil warna produk. Secara kimia kitin adalah molekul besar (polimer). Senyawa ini tidak dapat disintesis secara kimia dan tersusun leh satuan molekul N-asetil-D-glukosamin. Kalu bagian asetil ini dibuang, maka kita akan memperoleh kitosan. Struktur ini memiliki fungsi yang lebih bervariasi
picture widgets picture widgets picture widgets picture widgets